Mengorganisir Tim

Langkah selanjutnya adalah mengorganisir tim. Berapa banyak jumlah pemain dalam tim? Apa yang akan menjadi kewajiban mereka? Peraturan internal apa yang akan diterapkan? Sumber daya apa yang tersedia (fasilitas, ring basket, bola, dll)?

Pemain

Mengorganisir tim akan sangat bergantung pada jumlah pemain yang ada. Bagaimanapun, jika membicarakan tentang pemain kanak-kanak, pelatih seharusnya mempunyai pemikiran sebagai berikut:
  • Siapa saja yang tertarik bermain basket seharusnya diberikan kesempatan untuk bermain, jika perlu, dua tim atau lebih dapat dibentuk sehingga semuanya mempunyai kesempatan yang sama.
  • Jumlah pemain dalam tiap tim seharusnya cukup, jangan terlalu banyak, sehingga tidak menghambat partisipasi semua pemain untuk mengikuti kegiatan-kegiatan latihan.
  • Tingkat kemampuan pemain dalam satu tim seharusnya tidak berbeda terlalu jauh. Pengelompokkan tersebut akan lebih bermanfaat bagi semua pemain, daripada mengikutsertakan pemain dengan tingkat kemampuan yang berbeda ke dalam sebuah tim.
  • Jika memungkinkan, tim mini-basketball (dan kadang-kadang juga tim yang terdiri dari pemain berusia 13-14 tahun) seharusnya terdiri dari pemain yang sudah saling mengenal dan berbagi aktivitas (misalnya, anak-anak dari kelas belajar yang sama, atau anak-anak yang biasa bermain bersama, dll).Kewajiban Pemain
Pelatih harus memikirkan kewajiban para pemain dan memutuskan kewajiban apa yang paling penting. Kapan kegiatan latihan dilakukan? Berapa hari tim berlatih dalam seminggu? Berapa banyak pertandingan yang akan dilakukan? Apakah pertandingan dilakukan di akhir minggu? Apakah para pemain juga harus melakukan perjalanan jauh untuk melakukan pertandingan? Dan seterusnya.

Hal-hal tersebut di atas merupakan pertimbangan-pertimbangan penting karena dalam kebanyakan kasus, kewajiban pemain tidak dibuat cukup jelas atau pelatih menerapkan peraturan yang beberapa pemainnya tidak mampu mematuhinya. Cepat atau lambat hal ini akan menyebabkan masalah serius yang berdampak pada kerja sama tim.

Pelatih seharusnya membentuk peraturan yang sesuai untuk tim yang dilatihnya daripada menerapkan peraturan yang berhasil diterapkan oleh tim lain, karena tepat untuk tim lain belum tentu tepat untuk tim kita.

Salah satu aspek dalam olahraga yang sangat penting untuk memenuhi sasaran pembentukan pemain muda adalah bahwa mereka menerima dan mampu memenuhi komitmen mereka. Komitmen yang ada harus beralasan, didasarkan pada usia pemain dan karakteristik-karakteristik lainnya, tetapi yang paling penting adalah pemain mampu membuat komitmen dan memenuhinya.

Untuk alasan tersebut, tidak tepat mengorganisir tim di mana para pemain akan berlatih atau bermain sesuka mereka atau ketika sedang tidak ada kegiatan lain. Dan juga, peraturan yang tidak dapat dipatuhi para pemain seharusnya tidak diterapkan.

Dalam kebanyakan kasus, akan menjadi hal yang sangat bagus jika pelatih berkomunikasi dengan pemain, melibatkan mereka dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan peraturan tim. Jika pelatih dan pemain memutuskan peraturan secara bersama-sama, para pemain akan merasa lebih terikat dengan komitmen.

Bagaimanapun, pelatih dapat menentukan kewajiban yang menurutnya penting, terutama jika tim tersebut terdiri dari pemain berusia 13-14 tahun atau lebih. Misalnya, jika pelatih merasa tim harus berlatih setidaknya tiga hari dalam seminggu dan mempertimbangkan bahwa peraturan ini memungkinkan untuk diterapkan, pelatih tersebut seharusnya mengusulkan peraturan tersebut kepada para pemain atau bahkan juga kepada para orang tua, menjelaskan alasan dan tujuan.

Peraturan Internal

Peraturan internal adalah elemen penting dalam tim. Sebagaimana kewajiban pemain, sangat disarankan peraturan internal tidak terlalu banyak dan sesuai untuk pemain, peraturan tersebut harus didefinisikan dengan jelas dan seharusnya tidak menimbulkan keraguan, atau konflik ketika diterapkan. Jelasnya, peraturan tersebut harus sesuai dengan keadaan dari masing-masing tim.
Misalnya, peraturan internal yang dapat diterapkan adalah pemain harus siap untuk berlatih pada waktu yang telah ditentukan, datang satu jam sebelum pertandingan dan berpakaian dengan baik, bergiliran mengumpulkan bola saat latihan selesai, dll.
Peraturan juga dapat diterapkan pada mini-basketball, berkaitan dengan partisipasi pemain dalam permainan. Misalnya, sistem rotasi dapat diterapkan sehingga semua anak akan mempunyai kesempatan bermain.

Untuk tim mini-basketball, peraturan dapat juga diterapkan untuk mengatur perlakuan orang tua. Misalnya, orang tua dilarang memberikan pengarahan kepada anak-anak atau duduk bersama dengan tim.

Sumber Daya yang Tersedia

Pelatih harus tahu sumber daya yang ada (lapangan, bola, ring basket, dll) sehingga dapat menggunakan fasilitas tersebut dengan sebaik-baiknya dan menggunakan imajinasinya untuk mengatasi kekurangan fasilitas.

Pertama, pelatih harus memanfaatkan fasilitas yang ada. Misalnya, jika terdapat empat ring basket, maka sebaiknya gunakan empat ring tersebut daripada hanya dua ring.

Kedua, seringkali ketika melatih fasilitas yang ada sangat terbatas (bola sedikit, sewa lapangan singkat, hanya terdapat setengah lapangan saja, lapangan outdoor, dll). Untuk alasan tersebut, pelatih harus kreatif menggunakan imajinasinya untuk mengatasi keterbatasan.
Misalnya, jika bola yang tersedia sangat sedikit, kombinasikan drill dengan bola dan tanpa bola, mencoba suatu drill yang seharusnya memerlukan bola dengan tanpa menggunakan bola bisa jadi sangat menarik. Pelatih seharusnya tidak menyerah begitu saja terhadap keterbatasan. Jangan biarkan pemain berjajar terlalu panjang untuk mengantre mendapat giliran memegang bola.
Misalnya, jika tim hanya bisa menggunakan lapangan basket dua hari dalam seminggu, maka pelatih seharusnya mempertimbangkan untuk menggunakan lapangan lain meskipun tanpa dilengkapi dengan ring basket, dan memanfaatkan sesi latihan ini untuk melakukan drill yang tidak memerlukan ring basket.


=================Bola Basket Tulungagung===================
I just love the game of basketball so much, just play, have fun, and enjoy the game

Memulai Melatih

Tim apa yang akan saya latih?
Hal tersebut merupakan pertanyaan utama bagi setiap pelatih yang seharusnya ditanyakan pada dirinya sendiri sebelum memulai melatih, gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebagai panduan:
  • Apakah sebuah tim bola basket mini (mini basketball)? Tim remaja? Apakah tim yang terdiri dari pemain-pemain berpotensi? Apakah tim profesional?
  • Organisasi apa yang menaungi tim tersebut? Apakah tim sekolah? Sebuah tim klub? Sekolah atau klub yang bagaimana?
  • Seberapa bagus pemain-pemainnya? Sudah berapa lama mereka bermain? Apa potensi mereka?
Jawaban dari pertanyaan tersebut akan membantu pelatih untuk mengkondisikan dirinya dalam suasana yang sesuai, sehingga dapat menghindari kesalahan yang muncul akibat tidak mempunyai pandangan yang jelas tentang jenis tim yang akan dilatih.

Tanggung Jawab

Apa tanggung jawab saya?
Pertanyaan tersebut seharusnya dijawab sesudah pelatih memahami jenis tim yang akan dilatih. Apakah saya harus mendorong perkembangan pemain secara keseluruhan? Apakah saya harus berfokus untuk membantu meningkatkan mereka sebagai pemain, sekaligus sebagai manusia yang lebih baik? Apakah saya harus membantu pemain untuk mencapai performa terbaik dalam waktu singkat? Dari semua aspek tersebut, mana yang paling penting?

Jelasnya, seorang pelatih yang melatih pemain muda seharusnya berasumsi bahwa tanggung jawabnya adalah mendorong perkembangan pemain secara keseluruhan, baik dalam bidang olahraga maupun kemanusiaan. Bukan bertanggung jawab seperti pelatih tim profesional, yang hanya tertarik pada prestasi jangka pendek.

Sasaran


Apa sasaran yang seharusnya dimiliki oleh tim?
Dari pembahasan diatas, para pelatih seharusnya memutuskan garis besar sasaran dari tim.
Misalnya, pelatih yang melatih mini-basketball pada sebuah tim sekolah. Beberapa pemain mungkin tidak pernah bermain sebelumnya, sedangkan beberapa pemain yang lain mungkin telah bermain bola basket selama bertahun-tahun. Pada umumnya, tingkat kemampuan mereka masih rendah. Prioritas utama pelatih tersebut adalah mendorong perkembangan anak-anak yang berlatih menjadi manusia yang lebih baik. Sasaran umumnya adalah membuat anak-anak menikmati kegiatannya, yang bisa meningkatkan perkembangan fisik mereka, mengajarkan nilai-nilai tertentu pada mereka (seperti team work, saling menghormati, dll), dan pada saat yang bersamaan juga dapat meningkatkan kemampuan fundamental basket mereka (dribbling, passing, dll).



=================Bola Basket Tulungagung===================
I just love the game of basketball so much, just play, have fun, and enjoy the game

Perkembangan Atletis

Secara logika, salah satu tujuan dari suatu tim yang terdiri dari pemain muda adalah perkembangan atletis para pemain, sehingga mereka bisa menjadi pemain bola basket unggulan. Akan tetapi, tujuan ini harus ditempatkan pada ruang lingkup perkembangan secara keseluruhan (tidak hanya atletis), alasannya adalah sebagai berikut:
  • Pertama, karena mayoritas pemain bola basket kanak-kanak atau remaja tidak menjadi pemain bola basket unggulan di masa depan. Meskipun demikian, mereka tetap memperoleh manfaat saat bermain bola basket yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, bola basket telah memberikan kontribusi dalam menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik, dengan menyiapkan manusia yang dapat menghadapi kehidupan dengan lebih efisien, dengan jiwa yang lebih sehat, toleran, dan semangat bekerja sama.
  • Kedua, karena mini-basketball dan bola basket harus memberikan sarana edukasi untuk pelatih, wasit, pemimpin, orang tua, jurnalis olahraga, ahli ilmu olahraga, penonton, dll. Di masa yang akan datang, jika sebagian besar orang pernah bermain mini-basketball atau bola basket, dan jika mereka mengalami pengalaman positif dari olahraga ini, maka sangat jelas bahwa olahraga bola basket akan mendapatkan keuntungan karena dengan cara tersebut dapat dipastikan bahwa generasi pemain bola basket yang akan datang akan mempunyai pendidikan yang lebih baik.
  • Ketiga, karena jika kita mengikuti suatu rencana kerja yang mampu menstimulus perkembangan fisik, teknik, dan psikologis para pemain, maka akan ada lebih banyak pemain muda yang bakal menjadi pemain bola basket unggulan. Dengan memperlakukan pemain muda secara tepat ketika mereka sedang dalam proses pembelajaran, kita tidak akan kehilangan pemain muda yang berpotensi menjadi pemain unggulan.
  • Keempat, karena mereka yang berhasil menjadi pemain unggulan bukanlah pemain yang begitu saja lolos dari seleksi alam, tetapi pemain yang mempunyai persiapan yang lebih matang di setiap aspek.
Pada umumnya, sangat penting untuk tidak tergesa-gesa, membiarkan para pemain mengikuti jalannya sendiri, meneruskan secara progresif pembentukan

Pemain Mini-Basketball

Pelatih harus menghormati kepribadian atau ciri khas dari setiap pemain, yaitu dengan menuntut pemain melakukan sesuatu berdasarkan karakteristiknya masing-masing, dan membantu mereka mengembangkan talentanya. Pada pemain berusia dini ini, penyempurnaan fundamental bola basket bukan merupakan hal yang penting. Mereka cukup mengetahui kemampuan-kemampuan dasar dan mulai melatihnya.

Pemain harus merasa bahwa mereka harus memenuhi tuntutan-tuntutan yang muncul saat berlatih maupun bertanding. Mereka harus terus berinisiatif menggunakan kemampuan fundamental bola basket meskipun mereka membuat kesalahan. Selain itu, pelatih harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman positif yang bisa membuat mereka tetap bermain bola basket. Kesenangan dan kegembiraan merupakan aspek yang sangat perlu diperhatikan ketika melatih mini-basketball.

Pemain Berusia 13-14 Tahun

Pelatih yang melatih pemain berusia antara 13 dan 14 tahun harus menyadari bahwa meskipun secara fisik pemainnya terlihat lebih besar, mereka masih tetap muda. Pada usia ini mereka akan melalui tahapan emosional yang sangat peka. Pelatih harus membantu mereka beradaptasi tehadap tingkat tuntutan yang lebih tinggi. Selain itu, pelatih harus lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan kemampuan teknis dan taktis masing-masing pemain (misalnya pada latihan 1 on 1, 2 on 2, 3 on 3, dsb).

Sangat penting untuk tidak membatasi para pemain. Pelatih seharusnya memperbesar kemungkinan didapatkannya hasil yang lebih bagus di masa depan dengan memboleh para pemainnya melakukan berbagai macam tugas (misal, mereka boleh bermain di berbagai posisi). Para pemain mungkin akan melakukan kesalahan ketika melakukan sesuatu yang belum mereka kuasai, oleh karena itu pelatih harus mencoba mengkombinasikan latihan kemampuan yang menjadi kelemahan para pemain dengan latihan kemampuan yang telah mereka kuasai sehingga mereka memperoleh kepuasan.

Pemain Berusia 15-16 Tahun

Ketika bekerja dengan tim yang pemainnya berusia antara 15 dan 16 tahun, pelatih harus mempertahankan proses perkembangan pemain secara keseluruhan dengan tingkat detail yang lebih tinggi, menganalisa setiap kekurangan dan kelebihan para pemain, serta membenahi aspek-aspek yang bisa memperkaya sumber daya setiap pemain.


=================Bola Basket Tulungagung===================
I just love the game of basketball so much, just play, have fun, and enjoy the game

Pengalaman Positif

Pada pembahasan sebelumnya diketahui bahwa bola basket memberikan kesempatan-kesempatan bagi pemain kanak-kanak dan remaja untuk meningkatkan pembentukan nilai-nilai pribadi dan sosial serta memperkaya sumber daya psikologis. Selain itu, bola basket juga memberikan pengalaman-pengalaman positif yang sangat bermanfaat bagi mereka.

Pengalaman-pengalaman positif sangat penting bagi siapa saja. Untuk kanak-kanak dan remaja, bola basket bisa menjadi salah satu sumber yang memberikan banyak pengalaman positif. Jika pengalaman positif melebihi pengalaman negatif, maka para pemain akan lebih bersemangat bermain dan mendapatkan lebih banyak keuntungan dari olahraga ini.

Pengalaman-pengalaman positif yang seharusnya dialami setiap hari oleh para pemain kanak-kanak dan remaja adalah sebagai berikut:
  • Bersenang-senang.
  • Menguasai beberapa skill baru.
  • Mencapai tujuan yang sangat menarik.
  • Pengenalan sosial dari pelatih dan teman-temannya.
  • Pengalaman untuk jiwa (perasaan positif, kepuasan pribadi, dan kebanggaan).
  • Merasakan dukungan sosial dari pelatih dan teman-temannya.


=================Bola Basket Tulungagung===================
I just love the game of basketball so much, just play, have fun, and enjoy the game

Perkembangan Psikologis

Terlepas dari nilai-nilai yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, bola basket dapat membantu perkembangan psikologis pemain kanak-kanak yang sangat berguna tidak hanya dalam olahraga bola basket tetapi juga dalam kehidupan mereka pada umumnya.

Perkembangan Kognitif

Dalam olahraga bola basket terdapat berbagai situasi yang mengharuskan para pemain untuk mengembangkan kapasitas kognitif-nya. Pemain bola basket harus belajar memperhatikan dan berkonsentrasi terhadap stimulus. Tergantung situasi yang sedang terjadi, para pemain harus belajar mengubah, menambah, atau mengurangi perhatian mereka terhadap berbagai stimulus pada waktu yang tepat. Demikian juga, bola basket juga membantu para pemain untuk mengembangkan kemampuan mereka memilih dan memproses informasi dari luar. Dari semua stimulus yang telah diterima dari lingkungan sekitar, mereka harus memilih informasi yang paling relevan dan dihubungkan dengan apa yang telah mereka simpan dalam memori mereka. Dan mereka juga harus belajar membuat keputusan dengan cepat.

Proses-proses kognitif seperti memilih, menghubungkan, menyimpan memori, menggunakan memori, dan pengambilan keputusan dapat berkembang lebih baik jika pelatih memahami kapasitas para pemainnya.
Contoh: jika seorang pelatih mini-basketball menyuruh para pemainnya untuk melakukan latihan yang membutuhkan banyak perhatian (beberapa stimulus pada waktu yang sama), maka akan menyebabkan beban informasi yang harus diterima para pemain menjadi terlalu berlebihan. Hal ini akan menghambat proses kognitif, dan akan menurunkan tingkat efisiensi pengambilan keputusan.
Contoh: jika seorang pelatih tim basket perempuan kelompok umur 13 dan 14 tahun menginginkan para pemainnya mempelajari beberapa konsep baru pada waktu yang sama, maka konsep-konsep tersebut tidak akan terekam dalam memori secara sempurna. Oleh karena itu, pelatih tersebut tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan, dan usaha yang dilakukan oleh para pemain tidak akan berguna.
Begitu juga jika pelatih tidak cukup memberikan stimulus, maka hal ini tidak akan membantu perkembangan kognitif yang sesuai bagi para pemain.
Contoh: latihan monoton yang kurang menarik, di mana aktivitasnya terlalu sederhana, tidak akan membantu proses perkembangan kognitif kanak-kanak atau remaja.
Kontrol

Manusia perlu merasa bahwa dirinya dapat memegang kontrol atau kendali terhadap berbagai hal yang menjadi perhatiannya. Maksud dari kontrol di sini adalah landasan rasa percaya diri yang merupakan salah satu aspek dari kekuatan psikologis. Kebalikannya, ketidakberdayaan (helplessness), orang yang tidak berdaya akan merasa mereka tidak dapat melakukan pekerjaannya, dan akibatnya, apapun yang mereka lakukan menjadi serba salah.

Kasus ketidakberdayaan dapat ditemukan di kebanyakan kanak-kanak dan remaja. Merasa tidak berdaya ketika terlibat dalam suatu aktivitas akan menyebabkan kehilangan semangat terhadap kegiatan yang dilakukannya dan bahkan bisa merusak harga dirinya. Oleh karena itu, ketika bekerja dengan kanak-kanak atau remaja, apapun bidangnya, sangat penting untuk menghindarkan mereka dari kondisi tersebut. Kanak-kanak dan remaja perlu mengalami situasi yang dapat menjadikan mereka lebih kuat secara psikologis. Bola basket memberikan banyak kesempatan untuk melakukannya, akan tetapi jika disalahgunakan justru malah menimbulkan situasi ketidakberdayaan.

Jika pelatih menyuruh para pemainnya melakukan latihan yang tingkat kesulitannya sesuai dan para pemainnya mengerti tentang apa yang harus dilakukan, maka akan menciptakan perasaan bahwa para pemain sedang memegang kontrol terhadap apa yang mereka lakukan. Sebaliknya jika tingkat kesulitannya terlalu berlebihan maka akan mengakibatkan ketidakberdayaan dalam diri mereka.

Banyak pemain yang merasa tidak berdaya karena mereka tidak dapat melakukan apa yang diharapkan seorang pelatih dari mereka, atau karena mereka tidak mampu memahami dan tidak mengerti bagaimana menjalankan instruksi yang diberikan dari pelatih.
Contoh: dalam suatu pertandingan kelompok umur 13 tahun, seorang pemain melakukan shot tapi tidak berhasil masuk ke ring basket; pelatihnya meneriakinya dari luar lapangan, “Jangan terburu-buru melakukan shot, pass ke teman-teman yang lain terlebih dahulu!”. Di kesempatan kedua, pemain tersebut mempunyai kesempatan terbukan untuk mencetak angka, tetapi bukannya melakukan shot, pemain tersebut justru melakukan pass ke temannya yang lain, dan pada saat itu pelatihnya berteriak, “Shot!!”. Kesempatan ketiga, hal serupa terjadi, tetapi kali ini pemain tersebut melakukan shot tetapi sayangnya gagal lagi. Pelatih memarahinya sekali lagi, “Bagaimana bisa tidak masuk? Kalau ragu melakukan shot lebih baik tidak usah melakukan shot!”. Akibatnya, pemain tersebut menjadi tidak berdaya karena dia tidak mengetahui reaksi apa yang harus dia lakukan, dia mungkin merasa tidak mungkin bertindak benar dan menyenangkan pelatihnya. Sejak kejadian itu, dia menjadi bermain lebih pasif dan hanya melakukan tindakan yang beresiko kecil di mana kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak jelas terlihat.
Untuk menghindarkan para pemainnya dari ketidakberdayaan, pelatih dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
  • Pelatih harus melatih para pemainnya untuk meningkatkan kemampuan mereka bermain bola basket, sehingga mereka memiliki sumber daya yang diperlukan untuk memegang kendali permainan.
  • Pelatih harus menentukan tujuan yang dapat dicapai sesuai dengan tingkat kemampuan para pemainnya.
  • Pelatih harus memilih latihan yang dapat dilakukan oleh para pemainnya.
  • Pelatih harus menjelaskan kepada para pemainnya tentang apa yang harus mereka lakukan.
  • Pelatih harus memilih kompetisi atau lawan yang sepadan bagi timnya.
  • Pelatih harus lebih berfokus pada aksi para pemain daripada hasil yang dicapai. Ketika suatu hasil tertentu perlu diperhatikan, maka seharusnya dihubungkan dengan aksi tertentu. Dengan melakukan ini, pelatih akan membuat para pemainnya memahami hubungan antara aksi yang mereka lakukan dan hasil yang dicapai.
Berikut ini adalah contoh pembicaraan seorang pelatih dengan para pemainnya:

“Kita berhasil memenangkan pertandingan ini (hasil), saya sangat bangga terhadap permainan defense kita (aksi yang dibutuhkan dan harus dijelaskan) dan angka yang dicetak dari permainan 1 on 1. Kemampuan 1 on 1 kalian telah meningkat pesat selama latihan. Kalian semua telah bekerja keras selama latihan, dan kerja keras itu membuat kalian bisa mencetak banyak poin ketika bermain 1 on 1 (pelatih mencoba menyemangati para pemain untuk lebih meningkatkan kemampuannya).”

Pelatih harus memberikan apresiasi terhadap setiap keputusan yang diambil oleh para pemainnya berdasarkan situasi yang sedang terjadi pada saat keputusan tersebut diambil, dan bukan berdasarkan hasilnya.
Contoh: seorang pemain berdiri bebas dekat dengan ring basket, dan dia telah diinstruksikan oleh pelatihnya untuk melakukan shot jika mempunyai kesempatan terbuka untuk mencetak angka. Jika pemain tersebut memutuskan untuk melakukan shot, pelatih seharusnya mengevaluasi keputusan tersebut dengan cara yang positif tanpa melihat hasilnya, meskipun jika pemain tersebut gagal memasukkan bola pada saat itu. Dengan demikian, pemain tersebut merasa mepunyai kendali dan akan mengetahui apa yang harus dilakukan pada kesempatan berikutnya.
Mengalami situasi di mana pemain merasa memegang kendali terhadap apa yang mereka lakukan akan meningkatkan performa pemain dan sangat bermanfaat. Jika bola basket dapat terus memberikan pengalaman tersebut, maka kemungkinan bahwa kanak-kanak akan terus memainkan olahraga ini menjadi lebih besar.

Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri berhubungan erat dengan persepsi tentang kontrol yang telah dibahas sebelumnya. Rasa percaya diri merupakan kepercayaan yang dimiliki para pemain bahwa mereka mereka memiliki sumber daya yang dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menjadi percaya diri merupakan sebuah proses yang terjadi di dalam diri pemain yang mengimplikasikan perasaan pemain tentang tingkat kesulitan tujuan yang ingin dicapai, dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, seorang pemain yang mempunyai rasa percaya diri dapat mengetahui seberapa besar kesempatan mereka, dan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Dia juga mengetahui hambatan-hambatan yang akan menghalanginya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, selanjutnya dia dapat menentukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menetralisir hambatan-hambatan tersebut.

Mengembangkan rasa percaya diri pada pemain kanak-kanak dan remaja sangat penting untuk pendidikan mereka di masa yang akan datang. Sebagai pemain bola basket, rasa percaya diri merupakan kunci utama untuk kemajuan mereka. Rasa percaya diri akan membuat mereka mampu menghadapi situasi yang sangat sulit selama pertandingan, dan menjaga mereka tetap bermain dengan harapan dan penuh ambisi untuk mencapai tujuan. Sebagai manusia sosial, rasa percaya diri akan membantu mereka menghadapi kehidupan dengan berbagai tuntutannya, dan meningkatkan self-concept dan self-esteem mereka.

Rasa percaya diri masing-masing orang tidak sama di setiap aspek kehidupan. Misalnya, seseorang lebih merasa percaya diri ketika bermain bola basket daripada mengerjakan soal matematika. Akan tetapi, dengan menguatkan rasa percaya diri seseorang pada salah satu aspek kehidupan akan membuat rasa percaya diri tersebut menyebar ke aspek kehidupan yang lain, karena mereka akan mampu:
  • Menganalisa situasi yang akan dihadapi dan sumber daya yang mereka miliki
  • Menentukan target yang realistis, serta mampu menyusun perencanaan yang realistis untuk mencapai target tersebut.
  • Memperhatikan dan mengendalikan tingkah lakunya.
  • Melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang mereka alami.
Manajemen latihan olahraga yang baik dapat meningkatkan rasa percaya diri, sehingga para pemain percaya pada sumber daya yang mereka miliki ketika menghadapi tuntutan latihan atau pertandingan. Jadi, melalui latihan bola basket, pemain kanak-kanak dapat memperkuat sumber daya psikologisnya yang sangat penting bagi perkembangan mereka.

Untuk meningkatkan rasa percaya diri pemain kanak-kanak maupun remaja sangat dibutuhkan tindakan-tindakan seperti berikut:
  • Mengorganisir aktivitas yang bersifat kompetitif dalam setiap latihan maupun pertandingan.
  • Menentukan tujuan yang realistis, berdasarkan kemampuan para pemain, bukan berdasarkan hasil pertandingan.
  • Menyusun rencana secara terperinci untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
  • Menggunakan kriteria-kriteria dengan benar (kriteria yang dimengerti oleh pemain) ketika menentukan apakah suatu telah berhasil dicapai atau tidak.
  • Menganalisa performa masing-masing pemain secara obyektif dan membangun, berdasarkan kriteria yang sebelumnya telah disepakati.
  • Jangan menilai performa pemain dari hasil pertandingan, karena hasil pertandingan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar.
  • Jangan mengambil kesimpulan secara umum (misalnya, kesimpulan bahwa para pemain bermain sangat jelek karena kalah pada detik-detik akhir pertandingan).
  • Jangan menilai performa pemain ketika emosi mereka sedang tinggi (misalnya, ketika dalam pertandingan yang sangat ketat di mana terjadi saling mengejar angka).
Self-Concept dan Self-Esteem

Self-concept atau konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, sedangkan self-esteem adalah tingkatan seseorang menghargai pandangan terhadap dirinya tersebut. Pada kanak-kanak dan remaja, self-concept dan self-esteem bersifat tidak stabil dan mudah berubah-ubah. Kadang, self-concept dan self-esteem berubah berdasarkan pengalaman mereka yang berhasil atau gagal dalam aspek kehidupan yang sangat penting menurut mereka, misalnya bola basket. Oleh karena itu, pengalaman bermain bola basket dapat mempengaruhi self-concept dan self-esteem pemain kanak-kanak dan remaja.
Contoh: seorang pemain basket berusia 15 tahun baru saja bergabung ke dalam suatu klub besar. Saat itu, dia hanya peduli tentang bagaimana cara dia bisa sukses menjadi pemain di sana. Jika tidak, maka dia akan merasa gagal. Pemain tersebut memaksakan dirinya sendiri sehingga dia merasakan banyak tekanan. Setiap ada komentar negatif dari pelatihnya dan setiap kesalahan yang dia lakukan, baik saai berlatih atau bertanding, sangat berpengaruh baginya. Secara umum, dia sangat tersiksa dan tidak bisa merasa enjoy. Setiap pertandingan merupakan tuntutan baginya untuk membuktikan kemampuannya. Akhirnya pemain tersebut tidak bisa mengeluarkan semua kemampuannya. Dia merasa sangat depresi dan mempertimbangan untuk segera keluar dari klub.
Kasus di atas mengilustrasikan pengalaman banyak remaja yang bermain bola basket. Mereka mengenali self-concept dan self-esteem melalui keberhasilan atau kegagalan mereka sebagai pemain, dan hal tersebut bisa sangat berbahaya di mana pemain sangat bergantung terhadap kesuksesan mereka sebagi atlit. Situasi tersebut harus dihindari dengan meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan pengertian supaya mereka tidak mengasosiakan keberhasilan atau kegagalan yang dicapai sebagai atlit dengan kehidupan sebagai manusia.

Relasi antara pelatih dan pemain kanak-kanak atau remaja mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi self-concept dan self-esteem para pemain. Sehingga tingkah laku pelatih menjadi faktor yang sangat krusial. Pelatih dapat mempunyai pengaruh positif dengan menghindari tingkah laku atau ucapan:
  • Merendahkan mereka.
  • Mengejek mereka di depan rekan satu tim.
  • Memarahi tanpa penjelasan atau tanpa memberikan kesempatan pada pemain untuk melakukan perbaikan di masa yang akan datang.
  • Membandingkan kemampuan para pemain sebagai atlit dan sebagai manusia dalam kehidupan sosial.
Sebaliknya, pelatih seharusnya menerapkan beberapa hal sebagai berikut:
  • Menentukan dengan jelas semua tujuan yang harus dicapai oleh para pemain.
  • Membantu para pemain dalam mencapai tujuan tersebut.
  • Melakukan koreksi secara konstruktif, dengan menunjukkan kesalahan yang dilakukan pemain dan memberikan mereka kesempatan untuk melakukan koreksi.
Kendali Diri

Bagi pemain bola basket, mengembangkan kemampuan mengendalikan diri merupakan hal yang sangat penting. Bola basket memberikan banyak situasi di mana para pemain harus belajar mengendalikan dirinya.
Contoh: seorang pemain berusia 11 tahun, dia merupakan bagian penting dari tim dan selalu bermain dengan serius. Karena itu, dia menginginkan teman-temannya juga bermain dengan serius seperti dirinya. Pada suatu saat, ketika temannya melakukan kesalahan, dia menjadi sangat emosi dan memarahi temannya secara aggresif. Pelatihnya memberikan penjelasan padanya bahwa seharusnya dia tidak bertingkah laku seperti itu, kemudian pemain tersebut berusaha untuk lebih mengendalikan dirinya. Sekarang, setiap kali temannya melakukan kesalahan, dia tidak marah, tetapi justru menghibur temannya atau mengacuhkan begitu saja. Dia lebih berkonsentrasi pada apa yang harus dia lakukan.
Contoh: suatu saat seorang pemain mini-basketball melakukan protes kepada wasit karena dia dianggap telah melakukan pelanggaran, yang menurutnya bukan pelanggaran. Kemudian pelatihnya tidak memperbolehkan dia main di pertandingan berikutnya, dan menjelaskan kepada pemain tersebut bahwa hukuman yang diberikan kepadanya adalah karena dia kurang mampu mengendalikan diri. Sejak saat itu pemain tersebut menjadi lebih bisa mengendalikan dirinya.
Kasus di atas merupakan contoh kesempatan yang diberikan oleh bola basket atau mini-basketball kepada pemain kanak-kanak atau remaja untuk melatih kemampuan mereka mengendalikan diri. Dalam hal ini, pelatih memainkan perannya dengan sangat bagus. Pelatih yang bekerja dengan pemain kanak-kanak atau remaja harus selalu memanfaatkan kesempatan-kesempatan seperti itu untuk meningkatkan kemampuan para pemain dalam mengendalikan diri.


=================Bola Basket Tulungagung===================
I just love the game of basketball so much, just play, have fun, and enjoy the game